Pada tahun 2024, Ubisoft, perusahaan video game yang dikenal luas dengan berbagai franchise populer seperti Assassin’s Creed dan Far Cry, menghadapi tahun yang penuh tantangan. Meskipun perusahaan ini telah merilis berbagai game yang dinanti-nantikan, kenyataannya banyak dari produk tersebut gagal memenuhi ekspektasi pemain. Selain itu, munculnya kontroversi seputar Assassin’s Creed Shadows menambah panjang daftar masalah yang dihadapi Ubisoft tahun ini.
Namun, dampak paling besar yang dirasakan oleh Ubisoft mungkin datang dari penurunan yang signifikan pada saham mereka. Berdasarkan laporan finansial yang diterbitkan pada 4 Januari 2025, saham Ubisoft tercatat turun sebesar 46,17% sepanjang tahun 2024. Penurunan ini menjadi lebih mencolok ketika dibandingkan dengan performa saham mereka dalam lima tahun terakhir, yang menunjukkan penurunan total hingga 79,71%. Hal ini tentu saja menjadi perhatian besar, karena Ubisoft kini harus menghadapi kerugian bersih sekitar €494 juta (sekitar Rp 8,25 triliun).
Prediksi Gelap untuk Ubisoft Jika Tidak Segera Bangkit
Menurut Joost van Dreunen, pendiri Superdata, penurunan tajam ini memberikan sinyal peringatan yang sangat jelas bagi Ubisoft. Ia memperingatkan bahwa jika perusahaan ini tidak segera mengubah arah, mereka berisiko untuk mengalami kebangkrutan pada tahun 2025. “Dengan nilai pasar yang terus turun, perusahaan ini harus segera mencari solusi untuk menjaga kelangsungan hidupnya,” ujarnya. Van Dreunen juga menekankan bahwa perbaikan harus dilakukan secara cepat dan tepat agar Ubisoft tidak terperosok lebih dalam.
Mencari Jalan Keluar: Akuisisi dan Masa Depan Ubisoft
Melihat kondisi keuangan yang semakin menantang, Ubisoft mulai mempertimbangkan berbagai opsi untuk bertahan, salah satunya adalah kemungkinan akuisisi oleh perusahaan asal China, Tencent. Tencent, yang saat ini menguasai lebih dari 9% saham Ubisoft, merupakan salah satu kandidat kuat untuk mengakuisisi perusahaan ini. Selain itu, Keluarga Guillemot, pemilik mayoritas saham Ubisoft dengan lebih dari 20%, juga terlibat dalam pembahasan mengenai langkah-langkah strategis yang perlu diambil.
Sementara itu, Ubisoft juga harus menghadapi tekanan dari para pemegang saham dan para penggemar, yang menuntut perusahaan untuk segera melakukan perbaikan dan mengembalikan kepercayaan pasar. Langkah akuisisi, meskipun menjanjikan, tidak akan mudah, karena perusahaan ini harus menjaga identitas dan budaya yang sudah lama mereka bangun.
Dengan situasi yang semakin sulit, 2025 akan menjadi tahun yang menentukan bagi Ubisoft. Apakah mereka dapat bangkit dari keterpurukan ini, atau justru semakin tenggelam dalam kesulitan finansial? Waktu akan memberi jawabannya. Namun, yang jelas, Ubisoft kini harus menghadapi tantangan terbesar dalam sejarah panjangnya sebagai pemain utama di industri video game.