Warner Bros. Batalkan DLC Hogwarts Legacy di Tengah Krisis Finansial

Hampir dua tahun setelah perilisannya, Hogwarts Legacy tetap menjadi salah satu game tersukses yang pernah dibuat Warner Bros. Sebagai salah satu Harry Potter Game terlaris sepanjang masa, banyak penggemar yang berharap akan hadirnya DLC atau ekspansi yang dapat memperkaya pengalaman bermain.

Namun, menurut laporan jurnalis Bloomberg, Jason Schreier, rencana pengembangan DLC Hogwarts Legacy serta edisi Definitive Edition yang dijadwalkan rilis pada 2025 telah resmi dibatalkan. Penyebab utama keputusan ini diduga karena kondisi keuangan Warner Bros. yang semakin memburuk sejak 2024. Pembatalan ini disebut sebagai bagian dari strategi restrukturisasi unit video game perusahaan. Selain itu, Warner Bros. juga dikabarkan ragu bahwa konten dalam DLC cukup untuk membenarkan harga jualnya.

Awalnya, proyek ekspansi ini akan dikembangkan oleh Avalanche Studios dan Rocksteady Studios dengan fokus pada alur cerita tambahan yang sebelumnya sempat dipotong dari versi utama. Keputusan pembatalan ini cukup mengejutkan, mengingat Hogwarts Legacy merupakan salah satu game terlaris dalam beberapa tahun terakhir. Namun, jika melihat kondisi industri game di Warner Bros., langkah ini tampaknya tidak terlalu mengejutkan.

Pembatalan DLC Hogwarts Legacy semakin memperpanjang daftar kegagalan Warner Bros. di industri game. Sebelumnya, Rocksteady Studios merilis Suicide Squad: Kill the Justice League, yang mendapat kritik tajam dan gagal memenuhi ekspektasi pasar. Selain itu, game MultiVersus, yang sempat ditutup sementara akibat rendahnya jumlah pemain, akhirnya mengalami penutupan permanen setelah peluncuran ulang yang tidak berhasil menarik perhatian.

Tak hanya itu, proyek Wonder Woman juga dikabarkan telah dibatalkan, yang berujung pada penutupan Monolith Productions, salah satu studio yang sebelumnya menangani game ternama. Serangkaian kegagalan ini membuat Warner Bros. menghadapi krisis besar dalam sektor game, dengan semakin sedikit proyek yang siap dirilis dan kondisi keuangan yang kian terpuruk.

Sistem Nemesis: Inovasi Revolusioner yang Terlahir dari Tantangan Pasar

Sistem Nemesis, fitur inovatif yang menjadi ciri khas duologi Middle-earth, telah lama dipatenkan oleh Warner Bros., menjadikannya eksklusif hingga 11 Agustus 2036. Sayangnya, Monolith Productions, studio yang merancang sistem ini, baru-baru ini ditutup sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran. Hal ini membuat masa depan Sistem Nemesis semakin tak pasti, meskipun masih dianggap sebagai salah satu inovasi terbesar dalam industri game.

Misteri di balik terciptanya sistem ini akhirnya mulai terungkap berkat pengakuan Laura Fryer, mantan eksekutif Warner Bros. Dalam wawancaranya, ia mengungkapkan bahwa inspirasi utama di balik pengembangan Sistem Nemesis berasal dari dinamika pasar game bekas. Warner Bros. menyadari bahwa lebih banyak pemain menikmati Batman: Arkham Asylum daripada jumlah sebenarnya yang membeli game tersebut. Hal ini terjadi karena banyak gamer lebih memilih membeli versi bekas melalui peritel seperti GameStop, yang mengurangi pendapatan penerbit karena mereka hanya mendapat keuntungan dari penjualan salinan baru.

Dengan keterbatasan teknologi Monolith yang tidak memungkinkan pembuatan dunia terbuka seperti Grand Theft Auto, serta keputusan untuk tidak mengembangkan mode multipemain, tim pengembang mencari solusi unik. Dari sinilah lahir Sistem Nemesis, fitur yang memungkinkan pemain menciptakan narasi unik berdasarkan interaksi mereka dengan musuh di dalam game.

Keberhasilan Sistem Nemesis bahkan menginspirasi game lain seperti Assassin’s Creed Odyssey untuk mengadaptasi konsep serupa. Namun, karena paten yang masih berlaku, inovasi semacam ini sulit untuk berkembang lebih jauh. Jika tidak ada perubahan dalam kebijakan, kemungkinan kita tidak akan melihat evolusi fitur ini dalam waktu dekat. Meski demikian, kisah di balik kelahirannya tetap menjadi bukti bagaimana industri game terus beradaptasi menghadapi tantangan pasar.

Rocksteady Kembali Garap Game Batman, Tinggalkan Konsep Live Service?

Rocksteady Studios dikabarkan kembali mengerjakan proyek terbaru yang berbasis waralaba Batman, sebuah seri yang telah mengukuhkan nama mereka di industri game.

Menurut laporan Bloomberg, dalam pembahasan proyek terbaru dari studio-studio di bawah naungan Warner Bros., Rocksteady disebut tengah mengembangkan game Batman dengan konsep single-player.

“Rocksteady berencana kembali ke akar mereka dengan menggarap game Batman single-player, namun menurut sumber yang mengetahui proyek ini, game tersebut masih membutuhkan beberapa tahun hingga benar-benar siap dirilis,” demikian pernyataan dalam laporan tersebut.

Sebelumnya, Rocksteady merilis Suicide Squad: Kill The Justice League pada Februari tahun lalu. Sayangnya, game ini gagal memenuhi ekspektasi baik dari segi penjualan maupun kritik. Akibatnya, Warner Bros. harus menelan kerugian besar sekitar Rp3,1 triliun (setara $200 juta).

Dampak dari kegagalan tersebut, Rocksteady mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup signifikan, terutama di awal tahun ini. Bahkan, divisi Quality Assurance (QA) terdampak cukup parah, dengan jumlah staf menyusut lebih dari setengah, dari 33 orang menjadi hanya 15 orang.

Meskipun Suicide Squad: Kill The Justice League sempat menjadi salah satu game yang paling dinantikan, siklus pengembangannya yang panjang serta kontroversi seputar elemen live service membuat minat pemain menurun drastis sebelum perilisannya.

Kini, Rocksteady memastikan bahwa musim terbaru Suicide Squad akan menjadi yang terakhir. Dengan kembali fokus pada waralaba Batman, banyak penggemar berharap studio ini dapat menghidupkan kembali kejayaan yang pernah mereka capai melalui seri Batman Arkham.

Warner Bros. Games Mulai Kembangkan Hogwarts Legacy 2, Sekuel yang Dinantikan Penggemar

Hogwarts Legacy, game dari dunia sihir Harry Potter, meraih popularitas besar sejak awal 2023, membawa para pemain merasakan pengalaman seru di Hogwarts. Melanjutkan kesuksesan ini, Warner Bros. Games kini sedang mengerjakan sekuel yang dinantikan banyak penggemar, setelah penjualan Hogwarts Legacy melampaui 30 juta unit di seluruh dunia.

Menurut laporan dari Variety, Presiden WB Games, David Haddad, mengonfirmasi bahwa Hogwarts Legacy 2 sedang dalam tahap pengembangan. Ia juga menyebutkan bahwa sekuel ini akan membawa beberapa elemen menarik yang menyambungkan dunia game dengan serial TV Harry Potter yang juga tengah dikerjakan.

Meskipun demikian, Haddad menjelaskan bahwa alur cerita dalam Hogwarts Legacy 2 tidak akan langsung terhubung dengan kisah Harry Potter yang terjadi 100 tahun kemudian, karena latar waktu game berada di era berbeda.

Keterkaitan dengan Serial TV Harry Potter

Serial TV Harry Potter yang tengah digarap akan kembali menghadirkan kisah-kisah dari buku, dengan latar waktu di tahun 1990-an. Meski detail koneksi antara game Hogwarts Legacy 2 dan serial TV belum dipublikasikan, para penggemar menantikan kejutan apa yang mungkin akan dihadirkan.

Haddad menambahkan bahwa mereka memahami besarnya antusiasme penggemar terhadap dunia Harry Potter dan menghabiskan banyak waktu untuk memastikan sekuel ini memenuhi ekspektasi. Baik penggemar muda maupun tua menyambut perkembangan ini, sehingga WB Games berkomitmen menghadirkan pengalaman yang memuaskan bagi semua.

Hogwarts Legacy: Kesuksesan Besar WB Games di Tahun 2023

Hogwarts Legacy berhasil mencetak rekor penjualan, bahkan mengalahkan penjualan beberapa game AAA besar seperti Call of Duty MW III di Amerika Serikat pada tahun 2023. Keberhasilan ini mendorong WB Games untuk memberikan lebih banyak konten bagi para penggemar.

Selain sekuel, WB Games juga sedang mengembangkan Definitive Edition untuk Hogwarts Legacy, yang akan menyajikan konten cerita tambahan yang tidak kalah menarik bagi pemain setia.

Sementara itu, Warner Bros. bekerja sama dengan platform Max untuk serial TV Harry Potter. Saat ini, mereka dalam proses mencari pemeran baru untuk karakter ikonik seperti Harry, Ron, dan Hermione, yang akan tampil dalam adaptasi ulang serial yang diangkat dari buku-buku legendaris tersebut.