Game STALKER 2 Dilarang di Rusia: Gamer Berisiko Hadapi Hukuman Penjara

Game STALKER 2 akhirnya dirilis pada 20 November 2024, setelah penantian panjang dari para penggemar. Game ini kembali menghadirkan pengalaman mencekam di wilayah Chornobyl yang penuh dengan radiasi berbahaya. Namun, kabar mengejutkan muncul beberapa hari sebelum peluncurannya: game ini dilarang di Rusia, dan bahkan para gamer yang memilikinya berisiko menghadapi tuntutan hukum.

STALKER 2 Resmi Dilarang di Rusia

Dilansir dari RBC Ukraine News, pemerintah Rusia telah melarang peredaran STALKER 2 di negaranya. Game ini dianggap ilegal karena dikaitkan dengan konten yang mengandung unsur ekstremisme. Developer STALKER 2, GSC Game World, disebut mendapatkan dukungan dana dari Angkatan Bersenjata Ukraina, yang memicu kontroversi di Rusia. Pihak berwenang Rusia menilai pembelian game ini sebagai bentuk dukungan finansial terhadap terorisme.

Anton Gorelkin, Wakil Ketua Komite Kebijakan Informasi Duma Negara Rusia, mengonfirmasi bahwa pihak berwenang akan mengambil langkah tegas jika ditemukan konten dalam game ini yang mengandung ekstremisme, pembenaran terorisme, atau hasutan terhadap kelompok tertentu.

Risiko Hukum untuk Gamer Rusia

Pengacara Rusia, Mikhail Mushailov, memperingatkan para gamer di Rusia agar tidak membeli atau memiliki STALKER 2. Menurutnya, siapa pun yang membeli atau menyimpan game ini di Rusia berpotensi menghadapi tuntutan pidana, terutama jika ada bukti keterlibatan pengembang dalam mendukung aktivitas militer Ukraina.

Meski distribusi resmi game ini telah dihentikan di Rusia, akses untuk membeli STALKER 2 secara online masih tersedia. Namun, Mushailov menekankan bahwa pembelian secara ilegal tetap berisiko dan para gamer harus bersiap menghadapi konsekuensinya.

Distribusi Dihentikan, Pre-order Dibatalkan

GSC Game World sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa mereka menghentikan distribusi dan penjualan game STALKER 2 di Rusia, termasuk membatalkan semua pre-order versi fisik game tersebut di negara itu. Langkah ini diambil sebagai bagian dari keputusan pengembang untuk memutus hubungan dengan pasar Rusia, sejalan dengan situasi geopolitik saat ini.

Namun, meski distribusi resminya telah dihentikan, masih ada laporan bahwa game ini bisa dibeli melalui saluran online tertentu. Hal ini mendorong pihak berwenang untuk semakin memperketat pengawasan terhadap gamer yang mencoba mengaksesnya secara ilegal.


Kesimpulan

Kasus pelarangan STALKER 2 di Rusia menyoroti dampak situasi geopolitik terhadap dunia gaming. Dengan risiko hukum yang cukup berat bagi para gamer di Rusia, kehadiran STALKER 2 menjadi isu kontroversial yang terus menjadi perbincangan hangat. Bagaimana pendapat Anda tentang larangan ini? Apakah langkah Rusia ini berlebihan atau justru sejalan dengan kebijakan keamanan nasionalnya?

Timnas MLBB Indonesia Raih Peringkat 3 di IESF 2024 Setelah Kalahkan Arab Saudi

Indonesia berhasil mengamankan posisi ketiga dalam ajang IESF 2024 Mobile Legends setelah mengalahkan tim tuan rumah, Arab Saudi, dengan skor telak 2-0. Pertandingan berlangsung di SEF Arena, Riyadh, Arab Saudi, dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube resmi IESF – International Esports Federation.

Dalam laga ini, Indonesia diperkuat oleh lima pemain andalannya: Albert Neilsen Iskandar (Alberttt), Gilang (Sanz), Calvin Winata (CW), Luke Febrian Vakentinus (Luke), dan Nicky Fernando Pontonuwu (Kiboy). Kelima pemain ini menunjukkan performa gemilang yang menjadi kunci kemenangan.

Pada game pertama, pertandingan berlangsung dengan ketat. Kedua tim saling berkejaran dalam perolehan poin eliminasi, dengan selisih tipis satu hingga dua kill. Meskipun sempat tertinggal dalam jumlah kill, Indonesia berhasil memanfaatkan keunggulan dari segi ekonomi dengan perolehan gold yang lebih tinggi. Momen krusial terjadi ketika CW dan tim memenangkan pertarungan di area lord, memastikan kemenangan di menit ke-17.

Game kedua pun memiliki pola yang mirip dengan game pertama. Arab Saudi kembali unggul dalam jumlah kill, tetapi Indonesia tetap menguasai jalannya pertandingan berkat strategi yang matang. Setelah gagal mendapatkan lord pertama, Arab Saudi kehilangan ritme permainan, yang dimanfaatkan dengan baik oleh tim Indonesia. Pertahanan tuan rumah runtuh, dan Indonesia mengakhiri game kedua lebih cepat, memastikan posisi juara ketiga.

Kemenangan ini merupakan hasil evaluasi dan pembelajaran timnas dari kekalahan di babak grup dan semifinal. Sebelumnya, Indonesia sempat kalah 0-2 dari Arab Saudi di babak grup. CW, salah satu pemain kunci timnas, mengungkapkan bahwa timnya mempelajari kekurangan tersebut untuk tampil lebih baik.

“Kami belajar banyak dari pertandingan di babak grup. Kekalahan saat melawan Arab Saudi di grup menjadi motivasi kami untuk memberikan yang terbaik hari ini,” ujar CW.

CW juga menyebutkan bahwa kelemahan Arab Saudi terletak pada pola permainan mereka yang terlalu sering berkumpul di satu area, sehingga kurang fleksibel dalam menyerang maupun bertahan. Strategi ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendominasi pertandingan.

Selain meraih gelar sebagai tim Mobile Legends terbaik ketiga di dunia, Indonesia juga membawa pulang hadiah uang tunai senilai USD 25 ribu (sekitar Rp 397,6 juta) dari total hadiah yang mencapai USD 160 ribu (sekitar Rp 2,5 miliar). Prestasi ini menambah daftar panjang pencapaian Indonesia di dunia esports internasional.

Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa Indonesia terus berkembang di kancah esports global, khususnya di Mobile Legends. Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi tim-tim lain untuk terus berprestasi di turnamen esports berikutnya.

Ubisoft Reset Pengembangan Project U Setelah 5 Tahun, Ini Alasannya!

Pada September 2022, Ubisoft mengumumkan kehadiran Project U, sebuah game Co-Op Shooter yang digadang-gadang membawa konsep baru dan revolusioner di dunia game. Namun, setelah dua tahun sejak pengumuman tersebut, informasi tentang game ini seakan hilang dari peredaran. Apa yang sebenarnya terjadi pada Project U, yang juga dikenal sebagai Pathfinder?

Ternyata, pada musim semi 2024, Ubisoft memutuskan untuk mengembalikan Project U ke tahap awal pengembangan. Hal ini dilakukan setelah sejumlah evaluasi mendalam yang mengungkapkan adanya kekurangan signifikan pada sistem replayability game ini, yang merupakan elemen penting agar pemain terus kembali.

Informasi ini didapat dari sumber yang membocorkan kepada Insider Gaming, yang menjelaskan bahwa pengembangan ulang telah memakan anggaran cukup besar karena beberapa iterasi yang dilakukan untuk meningkatkan variasi dan daya tarik game ini. Tim pengembang telah mencoba memperbaiki gameplay dengan menambah variasi peta, biome baru, serta boss yang lebih menantang. Meski begitu, hasil playtest pada Februari 2024 menunjukkan bahwa elemen replayability masih kurang memadai.

Pada akhirnya, pada Maret 2024, Ubisoft memutuskan untuk menghentikan Project U sementara waktu, dan memindahkan tim eksternal untuk bekerja pada proyek lain. Dua Game Directors, Matheieu Granjon dan Damien Kieken, juga mengundurkan diri dari proyek ini. Granjon kini beralih menggarap seri Assassin’s Creed, sementara Kieken telah bergabung dengan studio DICE.

Namun, Project U tidak sepenuhnya dibatalkan. Ubisoft tetap optimis dengan potensi game PvE dan memutuskan untuk memasukkan Project U dalam fase inkubasi. Proyek ini akan dikembangkan oleh tim kecil dengan produser baru untuk mengembangkan konsep dan ide segar yang lebih menarik bagi pemain.

Mengenal Project U: Konsep Game yang Unik

Project U menghadirkan konsep Co-Op Shooter di mana pemain menghadapi invasi mesin yang berusaha mengubah semua kehidupan di bumi menjadi mesin. Setiap permainan terdiri dari 10 tim yang masing-masing beranggotakan 4 pemain. Dalam game ini, pemain harus melawan gelombang robot dan bergerak menuju zona final di tengah peta untuk menghadapi boss yang bervariasi, menawarkan pengalaman bermain yang unik dan menantang.

Ubisoft menilai bahwa game PvE memiliki potensi besar, sebagaimana dibuktikan oleh kesuksesan game PvE lainnya seperti Helldivers 2 dan Warhammer 40k Space Marine 2. Dengan semangat ini, Ubisoft masih ingin melanjutkan pengembangan Project U agar menjadi game PvE yang sukses dan inovatif.

BOOM Optimis Juara di Indonesian Final APAC Predator League 2025, LFM Beri Peringatan: ‘Tunggu Dulu’

BOOM Esports kembali berambisi mempertahankan gelarnya sebagai tim terbaik di ranah Valorant Indonesia. Di ajang Indonesian Final Road to APAC Predator League 2025, yang digelar di Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta, tanggal 9 November, BOOM Esports atau yang dikenal dengan sebutan “Hungrybeast” bakal berhadapan dengan LFM di semifinal pertama.

Tim LFM sendiri diperkuat oleh para pemain berpengalaman, beberapa di antaranya merupakan mantan anggota tim ARF. Dalam sejarah kompetisi, BOOM dan LFM sempat bertemu di partai final Predator League tahun lalu, di mana BOOM keluar sebagai juara. Pada wawancara sebelumnya, NcSlasher dari BOOM Esports mengungkapkan keyakinannya bahwa hasil turnamen ini akan berpihak pada mereka, mengingat data yang menunjukkan persaingan belum banyak berubah. Namun, Daffa Diff, salah satu pemain andalan LFM, menentang pernyataan tersebut.

Daffa menjelaskan bahwa timnya telah melakukan persiapan matang untuk menghadapi BOOM Esports. “Kita sudah melakukan persiapan dengan serius apalgi lawan kita ini tim yang baru bergabung ke VCT Pacific. Persiapan ekstra sudah dilakukan selama dua hingga tiga minggu, mengingat kami juga berpartisipasi dalam turnamen lain. Kami optimis bisa membuat BOOM Esports menghadapi tantangan yang sulit,” ujar Daffa.

Merespons pernyataan NcSlasher, Daffa optimis bahwa hasil kali ini akan berbeda, dan BOOM mungkin akan dikejutkan dengan strategi baru dari tim LFM. “Memang tahun kemarin kami berhadapan dengan BOOM di partai final, namun kali ini kami bertemu di semifinal, dan akhirnya nanti akan berbeda,” ujarnya.

Daffa juga menyoroti minimnya regenerasi pemain di skena Valorant Indonesia, yang masih didominasi oleh wajah-wajah lama. Ia menilai bahwa banyak pemain berbakat lebih memilih karier sebagai joki dibandingkan terjun ke pro scene. “Banyak pemain berbakat, namun lebih memilih menjadi joki daripada menunjukkan kemampuan mereka di ranah profesional.. Mungkin karena mereka merasa lebih menguntungkan jadi joki,” jelasnya. Fenomena ini mencerminkan antusiasme besar terhadap game Valorant di Indonesia, meskipun keinginan untuk bergabung di ranah profesional masih kurang.

Apakah LFM berhasil menggulingkan BOOM Esports di Indonesian Final Road to APAC Predator League 2025? Saksikan hasilnya di laga bergengsi ini!

Warner Bros. Games Mulai Kembangkan Hogwarts Legacy 2, Sekuel yang Dinantikan Penggemar

Hogwarts Legacy, game dari dunia sihir Harry Potter, meraih popularitas besar sejak awal 2023, membawa para pemain merasakan pengalaman seru di Hogwarts. Melanjutkan kesuksesan ini, Warner Bros. Games kini sedang mengerjakan sekuel yang dinantikan banyak penggemar, setelah penjualan Hogwarts Legacy melampaui 30 juta unit di seluruh dunia.

Menurut laporan dari Variety, Presiden WB Games, David Haddad, mengonfirmasi bahwa Hogwarts Legacy 2 sedang dalam tahap pengembangan. Ia juga menyebutkan bahwa sekuel ini akan membawa beberapa elemen menarik yang menyambungkan dunia game dengan serial TV Harry Potter yang juga tengah dikerjakan.

Meskipun demikian, Haddad menjelaskan bahwa alur cerita dalam Hogwarts Legacy 2 tidak akan langsung terhubung dengan kisah Harry Potter yang terjadi 100 tahun kemudian, karena latar waktu game berada di era berbeda.

Keterkaitan dengan Serial TV Harry Potter

Serial TV Harry Potter yang tengah digarap akan kembali menghadirkan kisah-kisah dari buku, dengan latar waktu di tahun 1990-an. Meski detail koneksi antara game Hogwarts Legacy 2 dan serial TV belum dipublikasikan, para penggemar menantikan kejutan apa yang mungkin akan dihadirkan.

Haddad menambahkan bahwa mereka memahami besarnya antusiasme penggemar terhadap dunia Harry Potter dan menghabiskan banyak waktu untuk memastikan sekuel ini memenuhi ekspektasi. Baik penggemar muda maupun tua menyambut perkembangan ini, sehingga WB Games berkomitmen menghadirkan pengalaman yang memuaskan bagi semua.

Hogwarts Legacy: Kesuksesan Besar WB Games di Tahun 2023

Hogwarts Legacy berhasil mencetak rekor penjualan, bahkan mengalahkan penjualan beberapa game AAA besar seperti Call of Duty MW III di Amerika Serikat pada tahun 2023. Keberhasilan ini mendorong WB Games untuk memberikan lebih banyak konten bagi para penggemar.

Selain sekuel, WB Games juga sedang mengembangkan Definitive Edition untuk Hogwarts Legacy, yang akan menyajikan konten cerita tambahan yang tidak kalah menarik bagi pemain setia.

Sementara itu, Warner Bros. bekerja sama dengan platform Max untuk serial TV Harry Potter. Saat ini, mereka dalam proses mencari pemeran baru untuk karakter ikonik seperti Harry, Ron, dan Hermione, yang akan tampil dalam adaptasi ulang serial yang diangkat dari buku-buku legendaris tersebut.

Daftar 4 Game Horor Paling Menyeramkan yang Sempat Dilarang dan Ditarik dari Pasaran

Sejumlah game horor kontroversial, seperti Hotel 626 dan We Happy Few, pernah dilarang dan ditarik dari pasaran karena dianggap terlalu menakutkan. Game-game ini tidak hanya menampilkan elemen horor biasa, tetapi juga menyuguhkan pengalaman yang intens hingga membuat banyak pemain khawatir akan dampaknya.

Dari efek psikologis hingga penggunaan tema gelap yang menakutkan, berikut adalah 4 game horor yang sempat dilarang di berbagai belahan dunia, dikutip dari Listverse pada Sabtu (2/11/2024):

  1. Hotel 626

Hotel 626 adalah salah satu game berbasis web paling legendaris yang hilang dari internet. Game ini dirilis oleh Doritos pada 31 Oktober 2008, dengan konsep yang unik—hanya bisa dimainkan antara pukul 6 sore hingga 6 pagi.

Menggunakan kombinasi video dan foto orang sungguhan, Hotel 626 mengajak pemain untuk melarikan diri dari hotel berhantu. Di dalam game ini, pemain harus menghadapi makhluk menyeramkan seperti hantu, bayi iblis, dan staf hotel yang psikopat.

  1. We Happy Few

Dikembangkan di Inggris, We Happy Few berlatar belakang tahun 1960-an, di mana warga kota terobsesi pada “Joy,” obat yang mengubah realitas menjadi lebih bahagia namun penuh tipu daya. Pemain berperan sebagai karakter yang mencoba kabur dari kota Wellington Wells, menghadapi rintangan mulai dari musuh yang berada di bawah pengaruh Joy hingga lingkungan berbahaya.

Game ini menonjolkan elemen survival, eksplorasi, dan aksi, dipadukan dengan narasi yang dalam serta pilihan pemain yang memengaruhi alur cerita.

  1. Phantasmagoria

Dirilis oleh Sierra On-Line pada tahun 1995, Phantasmagoria adalah game petualangan grafis yang terkenal karena tema horor dan konten yang kontroversial pada masanya. Ceritanya berpusat pada Adrienne Delaney, seorang penulis yang pindah ke mansion tua untuk mendapatkan inspirasi novel horor.

Namun, Adrienne justru menemukan sejarah gelap yang menyelimuti mansion tersebut, dari pembunuhan hingga roh-roh yang terperangkap di dalamnya. Sepanjang permainan, ia harus menghadapi kejadian supranatural yang semakin mengerikan.

  1. Rule of Rose

Rule of Rose adalah game horor bertahan hidup yang dikembangkan oleh Punchline dan dipublikasikan oleh Sony Computer Entertainment. Game ini pertama kali dirilis di Jepang pada 2006, kemudian menyusul di Eropa dan Amerika Utara.

Permainan ini menceritakan kisah Jennifer, seorang gadis yang terperangkap di dunia aneh yang dikuasai oleh sekelompok anak-anak yang menamakan diri mereka “The Red Crayon Aristocrats.” Jennifer harus menjelajahi lingkungan suram dan penuh teka-teki untuk memahami latar belakang kelam dari dunia tersebut dan menemukan kebenaran di balik peristiwa traumatis yang menimpanya.

Review Dragon Age: The Veilguard di Metacritic Dicurigai Menggunakan Template, Ini Temuan Gamer

Game baru Dragon Age: The Veilguard akhirnya resmi dirilis pada 31 Oktober di berbagai platform gaming. Sebelum perilisan, beberapa media gaming telah mendapatkan akses awal untuk memberikan penilaian dan ulasan tentang game ini.

Banyak review yang memberikan skor tinggi pada game ini, namun para gamer justru menemukan hal menarik: sejumlah review di Metacritic tampaknya menggunakan kata-kata dan frasa yang sama. Lalu, apa temuan menarik ini?

Review Dragon Age: The Veilguard di Metacritic Mirip Template?

Diskusi tentang Dragon Age: The Veilguard ramai di kalangan gamer, terutama setelah ditemukan adanya pola kesamaan dalam review dari berbagai media di Metacritic. Sejumlah gamer mencatat bahwa review-review awal dari media besar yang sudah mencoba game ini tampak menggunakan frasa serupa, seperti “return to form,” “without a doubt,” dan “triumphant.”

Kemiripan ini membuat beberapa gamer merasa curiga dengan ulasan yang diberikan, bahkan mempertanyakan apakah review-review tersebut mengikuti semacam template atau panduan khusus. Temuan ini menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan tanda tanya tentang keaslian ulasan Dragon Age: The Veilguard.

Gamer Curiga Review Berulang dari Media Gaming Besar

Seorang pengguna Reddit dengan akun bernama TheCuriousBread membagikan temuannya di forum, yang menunjukkan adanya pola kemiripan pada review beberapa media. Ia juga menunjukkan bahwa beberapa media yang memberikan review berasal dari perusahaan yang sama, memunculkan dugaan bahwa penilaian mungkin kurang independen.

Postingan ini mengundang banyak komentar dari pengguna Reddit lainnya, dengan sebagian besar pengguna mengekspresikan keraguan mereka terhadap ulasan media besar. Bahkan, ada yang menduga bahwa review tersebut mungkin “dibayar” atau menggunakan pedoman tertentu yang harus memasukkan kata-kata spesifik.

Kontroversi Ulasan Dragon Age: The Veilguard, Dibayar atau Panduan Tertentu?

Beberapa gamer menduga bahwa ulasan ini mungkin memang disusun dengan arahan tertentu, baik oleh pihak penerbit game atau media terkait. Hal ini semakin memunculkan spekulasi mengenai independensi dan keaslian ulasan game tersebut.

Itulah informasi terbaru mengenai kontroversi review Dragon Age: The Veilguard di Metacritic yang dianggap mengikuti template serupa. Bagaimana pendapat kalian?

Dragon Age The Veilguard: Port Game AAA Terbaik di PC Menurut Pakar Gaming

Dragon Age: The Veilguard akan segera dirilis secara resmi pada 31 Oktober 2024, dan para penggemar seri Dragon Age sudah menantikan kehadiran game ini. Sejumlah media gaming dan kreator konten telah mendapatkan akses awal untuk memberikan ulasan mereka, dan banyak yang menyebut bahwa versi PC dari game ini adalah salah satu port terbaik saat ini.

Digital Foundry, yang dikenal dengan analisis teknis game dan perangkat keras, memberikan pandangannya terhadap performa Dragon Age The Veilguard di PC dan menyebutnya sebagai port yang sangat baik untuk platform tersebut. Berikut alasan mengapa game ini dianggap sebagai salah satu port PC terbaik di kelas AAA.

Mengapa Dragon Age The Veilguard Versi PC Dianggap Sebagai Port Terbaik?

Dalam video dan ulasan di situs mereka, Digital Foundry memaparkan alasan teknis mengapa Dragon Age: The Veilguard sangat layak mendapat pujian. Salah satu aspek penting yang dibahas adalah bagaimana game ini menghadirkan performa yang sangat stabil, dengan frame time yang konsisten sepanjang gameplay.

Fitur Ray Tracing yang disematkan dalam game juga memberikan visual yang mengesankan di PC dengan spesifikasi tinggi, memberikan kualitas grafis yang lebih unggul daripada versi konsol. Selain itu, game ini dioptimalkan dengan sangat baik bahkan untuk kartu grafis kelas menengah seperti RTX 4060, menjadikannya lebih mudah diakses oleh lebih banyak pemain PC.

Menu pengaturan dalam game ini pun mendapat perhatian khusus dari Digital Foundry, karena menghadirkan pilihan kustomisasi yang mendetail untuk pengguna. Game ini juga dirancang agar dapat beroperasi optimal di GPU dengan VRAM 8GB, memberikan fleksibilitas bagi para pemain dengan perangkat keras yang beragam. Salah satu nilai tambah yang diberikan adalah absennya sistem anti-pembajakan seperti Denuvo, yang membantu meningkatkan performa game di PC.

Teknologi Frostbite Engine untuk Visual Maksimal

Dragon Age The Veilguard menggunakan Frostbite Engine dari DICE, yang juga digunakan dalam game populer lainnya dari EA seperti Battlefield, Anthem, dan Need for Speed. Engine ini memungkinkan game untuk menghadirkan grafis yang memukau dan performa yang optimal di PC, sesuai dengan standar tinggi yang diharapkan dari game AAA.

Digital Foundry menyimpulkan bahwa Dragon Age The Veilguard menunjukkan peningkatan besar dalam kualitas port game PC, dengan dukungan teknis yang solid dari BioWare sebagai pengembang. Mereka memberikan penilaian positif terhadap game ini, menyebutnya sebagai contoh yang baik dari port game PC yang dioptimalkan dengan benar.

Itulah ulasan mengenai performa Dragon Age The Veilguard versi PC yang mendapat pengakuan sebagai salah satu port terbaik untuk platform ini. Bagaimana pendapat Anda? Siapkah Anda menjajalnya di PC?

Gamer yang Mengkritik Dragon Age: The Veilguard Tak Mendapatkan Review Code dari BioWare

Game terbaru dari seri Dragon Age, yang berjudul Dragon Age: The Veilguard, dijadwalkan rilis pada akhir Oktober 2024. Sejumlah media gaming dan beberapa konten kreator di platform seperti YouTube dan Twitch dilaporkan telah mendapatkan akses awal untuk memberikan ulasan.

Namun, muncul kabar bahwa BioWare, selaku pengembang, tidak memberikan review code kepada beberapa kreator yang sebelumnya memberikan kritik tajam terhadap permainan tersebut. Apakah kabar ini benar?

Seorang YouTuber sekaligus pengulas game, WolfheartFPS, mengunggah pernyataan di akun X (Twitter)-nya terkait pembagian review code dari Dragon Age: The Veilguard. Dalam cuitannya, WolfheartFPS menyebutkan bahwa ada tiga kreator, termasuk dirinya, yang memberikan kritik lebih mendalam pada saat mencoba akses hands-on game tersebut. Mereka merasa ulasan kritis mereka menjadi alasan mengapa tidak satu pun dari mereka mendapatkan review code untuk Dragon Age: The Veilguard sebelum peluncuran resminya.

Beberapa Konten Kreator Terkena Dampak, Termasuk Fextralife

Kasus ini bukan hanya dialami oleh WolfheartFPS. Saluran YouTube Fextralife, yang dikenal dengan konten panduan dan wiki untuk game RPG, juga menghadapi situasi serupa. Dalam video terbarunya, Fextralife menjelaskan bahwa mereka belum menerima review code dari BioWare, meskipun mereka sempat diundang untuk sesi hands-on sebelumnya dan telah membuat konten reaksi terhadap game tersebut.

Menurut Fextralife, video hands-on yang mereka buat berisi pandangan positif, meski mereka memberikan beberapa masukan kritis. Namun, mereka menduga hal ini mungkin menjadi penyebab tertundanya akses review code. Setelah mencari informasi, mereka menemukan bahwa beberapa kreator lain juga mengalami masalah serupa dan tidak diberikan review code karena memberikan kritik terhadap Dragon Age: The Veilguard.

Banyak kreator yang menghadapi masalah ini merasa bahwa pendapat kritis mereka terhadap aspek tertentu dalam game membuat mereka tidak diizinkan untuk mengakses review code lebih awal. Situasi ini memicu diskusi di kalangan komunitas gaming mengenai transparansi dan sikap pengembang terhadap kritik konstruktif.

FitGirl Repacks Masuk Daftar Hitam: Ancaman Utama Pembajakan di Industri Video Game

Pembajakan video game masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Meski perusahaan-perusahaan game besar telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan pembajakan, seperti menerapkan sistem anti-pembajakan seperti Denuvo, praktik ini tetap saja marak terjadi. Salah satu situs unduhan game bajakan yang sering digunakan adalah FitGirl Repacks.

Baru-baru ini, muncul kabar bahwa situs FitGirl Repacks masuk dalam daftar utama sebagai ancaman pembajakan bagi industri video game. Apakah kabar ini benar?

Informasi ini berasal dari laporan yang diserahkan oleh Entertainment Software Association (ESA), yang baru-baru ini mengajukan dokumen terkait kondisi pasar dalam industri hiburan, termasuk sektor video game. Dokumen ini diajukan kepada Office of the US Trade Representative (USTR), yang mencakup penjelasan rinci mengenai “Pasar Terkenal” dalam pembajakan video game.

Dokumen dari ESA ini merinci kondisi pasar pembajakan global dan diharapkan dapat membantu pembentukan kebijakan hak cipta internasional oleh Pemerintah Amerika Serikat di masa mendatang. Di dalam dokumen tersebut, tercantum berbagai situs pembajakan yang mudah diakses publik, termasuk situs download game bajakan populer.

Sebagai organisasi yang mewakili perusahaan-perusahaan video game besar seperti Electronic Arts, Epic Games, Microsoft, Nintendo, Sony, dan Ubisoft, ESA menyebut situs FitGirl Repacks sebagai salah satu situs utama dalam daftar tersebut.

Detail Situs FitGirl Repacks di Laporan ESA

Dalam laporan tersebut, FitGirl Repacks dijelaskan sebagai situs yang menyediakan banyak kopian game bajakan dengan trafik tinggi. Pada Juli 2024, situs ini tercatat memiliki jumlah pengunjung hingga 22 juta orang. ESA mengungkapkan bahwa situs ini telah menjadi perhatian utama di tingkat internasional karena tidak mematuhi permintaan untuk menghapus konten pelanggaran hak cipta. Bahkan, pemerintah Spanyol telah memblokir akses ke situs ini melalui Kementerian Komunikasi setempat.

Selain FitGirl Repacks, ada beberapa situs lain yang juga masuk dalam daftar ancaman pembajakan dalam dokumen ESA, yaitu:

  • nsw2u
  • dodi-repacks

Selain situs unduhan game bajakan, dokumen ESA juga membahas berbagai platform lain yang terkait dengan pembajakan, termasuk situs hosting untuk mengunduh file seperti 1fichier, situs torrent seperti 1337x, dan situs cheat seperti unknowncheats.

Saat artikel ini ditulis (21/10), belum ada informasi lebih lanjut mengenai tindakan lanjutan dari ESA atau USTR terkait pemantauan atau penindakan situs-situs ini. Kita masih menunggu informasi resmi dari mereka terkait langkah berikutnya.

Itulah sekilas tentang daftar pengawasan yang melibatkan FitGirl Repacks dan situs download game gratis lainnya yang diidentifikasi sebagai ancaman bagi industri game. Bagaimana pendapat kalian mengenai informasi ini?